



Perang topat pun dimulai, kedua kelompok masyarakat Suku Sasak dan Bali saling lempar menggunakan topat sebagai senjata. Meski sempat memancing emosi antara kedua kelompok, namun perseteruan ini tak pernah berlanjut hingga keluar pura. Bahkan seusai perang, warga antar kedua suku dan agama ini menjadi bertambah akrab.
Bagi sebagian warga, topat sisa perang di bawa pulang dan dipercaya dapat menambah hasil pertanian, jika digantung di tengah sawah.
Menjelang senja seluruh upacara dan perang topat usai, seluruh warga kemudian pulang ke rumah masing-masing, membawa sisa sesajian yang telah di doakan, berharap di kemudian hari mendapat rizki dan hasil pertanian yang berlimpah.